Agan dan Aganwati
sekalian, kali ini kita akan mencoba membahas tentang Pertanian Berkelanjutan (sustainable
agriculture), mengapa? Oke, dalam blog ini sudah pernah saya membahas tentang
kerusakan lingkungan akibat dari rendahnya kepedulian tentang lingkungan di
suatu daerah yang saya samarkan tempat dan kejadiannya, dimana dalam hal ini
petanilah yang juga turut diikutsertakan dalam pokok permasalahan, dimana
dikatakan bahwa petani merupaka salah satu faktor dari kerusakan lingkungan
akibat tradisi melakukan pertanian dengan metode langang berpindah-pindah. Tentu saja hal ini berlebihan jika
dilihat dari value lahan yang rusak dibandingkan dengan penyebabnya. Namun kita
tidak akan membahas hal ini secara lebih lanjut, yang akan kita bahas adalah
salah satu metode pertanian yang mengoptimalkan lahan yang ada agar
pemanfaataannya lebih optimal.
Oke langsung pada
bahasan.
Konsisi ketersediaan
lahan untuk pertanian saat ini sudah sangat sedikit, sehingga dibutuhkan suatu
metode pertanian yang bisa mengoptimalkan lahan yang ada dengan sebaik-baiknya.
maka dalam hal ini muncullah sistem pertanian berkelanjutan, Sistem pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Berkelanjutan diartikan sebagai berkelanjutan sebagai suatu strategi pengembangan, berkelanjutan sebagai suatu kemampuan untuk mencapai sasaran, serta berkelanjutan sebagai suatu upaya untuk melanjutkan suatu kegiatan.
maka dalam hal ini muncullah sistem pertanian berkelanjutan, Sistem pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Berkelanjutan diartikan sebagai berkelanjutan sebagai suatu strategi pengembangan, berkelanjutan sebagai suatu kemampuan untuk mencapai sasaran, serta berkelanjutan sebagai suatu upaya untuk melanjutkan suatu kegiatan.
Pertanian
berkelanjutan dalam definisi yang lebih luas
sistem pertanian
berkelanjutan ini mempunyai ciri-ciri atau sifat sebagai berikut:
1. Secara ekonomi
menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable). Petani
mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil,
pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.
2. Berwawasan
ekologis (ecologically sound). Kualitas agroekosistem dipelihara atau
ditingkatkan, dengan menjaga keseimbangan ekologi serta konservasi
keanekaragaman hayati. Sistem pertanian yang berwawasan ekologi adalah sistem
yang sehat dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan
(stress dan shock).
3. Berkeadilan
sosial. Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan
kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa
membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.
4. Manusiawi dan
menghargai budaya lokal. Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak
semua jenis mahluk yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri
dari konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan
lokal
5. Mampu
berdaptasi (adaptable). Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu
berubah, seperti pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan
perubahan konstalasi pasar.
Sistem pertanian saat
ini sedang mencari sumberdaya yang
efisien, biaya lebih rendah, dan sistem-sistem produksi yang lebih
menguntungkan. Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan
pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem
pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan
tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan
sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan
produktivitas tanah. The International Federation of Organic Agriculture
Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: menghasilkan produk pertanian yang
berkualitas dengan kuantitas memadai, membudidayakan tanaman secara alami, mendorong dan meningkatkan siklus hidup
biologis dalam ekosistem pertanian, memelihara dan meningkatkan kesuburan
tanah jangka panjang, menghindarkan seluruh bentuk cemaran
yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, memelihara keragaman genetik sistem
pertanian dan sekitarnya, mempertimbangkan dampak sosial dan
ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
pertanian
berkelanjutan tidak mudah untuk diterapkan dalam pertanian di indonesia. Hal
ini dikarenakan pola pikir petani yang telah terbiasa dalam mengunakan bahan
kimia yang lebih instan ketimbang bahan-bahan organik.
Namun
dalam prakteknya di lapangan, secara teori sistem pertanian berkelanjutan ini
bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Dan ada bebebrapa masyarakat yang
telah mencoba untuk menerapkan salah satu bagian pendekatan
pertanian berkelanjutan yaitu pertanian organik dengan mengunakan mulsa.
Gambar 1: mulsa pada tanaman lombok/cabai |
Gambar 2: mulsa pada tanaman lombok/cabai |
Gambar 3: mulsa pada tanaman lombok/cabai |
Mulsa
dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup
sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah
yang ditutupi tersebut. Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman
atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan
bahan-bahan sintetis berupa plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa
non-organik.
Pada gambar diatas
adalah salah satu lahan yang digunakan untuk menanam cabai/lombok dan disini
digunakan bahan sintetik yaitu mulsa
Mulsa
plastik yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33% cahaya matahari yang menerpa permukaannya,
tergantung jumlah zat pewarna yang digunakan dan ketebalan mulsa. Pantulan
cahaya ini mampu mengurangi efek pemanasan rizosfir di bawah permukaan plastik,
dan juga merupakan rentang cahaya yang disukai oleh serangga, sehingga serangga
akan mengikuti arah pantulan dan meninggalkan tanaman, Akibatnya populasi
serangga, dapat berkurang
di zona pertanaman.
Gambar 4: Hama pada tanaman lombok |
Gambar 5: Hama pada tanaman lombok |
Kemampuan menekan populasi serangga ini dan mencegah
terjadinya pemanasan berlebihan merupakan salah satu alasan mengapa plastik
bewarna perak digunakan dalam produksi tanaman cabai atau lombok ini.
Gambar 6: Bunga dan daun tanaman lombok/cabai |
Dengan
menerapkan metode pertanian berkelanjutan ini petani bisa terus memanfaatkan
lahan yang ada tanpa perlu berpindah-pindah lahan, dan juga yang paling utama
adalah menjaga kelestarian lingkungan, dimana dengan cara ini pengunaan bahan
kimia yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dapat
diminimalisir.
Oke, untuk kaliini sekian dlu. sampai jumpa pada artikel berikutnya agan dan aganwati sekalian..
terimakasih telah berkunjung ke blog ini
terimakasih telah berkunjung ke blog ini
Sumber: