November 2012 ~ Y-PRODUCTION BLOG

Selasa, 27 November 2012

Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture)


Agan dan Aganwati sekalian, kali ini kita akan mencoba membahas tentang Pertanian Berkelanjutan (sustainable agriculture), mengapa? Oke, dalam blog ini sudah pernah saya membahas tentang kerusakan lingkungan akibat dari rendahnya kepedulian tentang lingkungan di suatu daerah yang saya samarkan tempat dan kejadiannya, dimana dalam hal ini petanilah yang juga turut diikutsertakan dalam pokok permasalahan, dimana dikatakan bahwa petani merupaka salah satu faktor dari kerusakan lingkungan akibat tradisi melakukan pertanian dengan metode langang berpindah-pindah. Tentu saja hal ini berlebihan jika dilihat dari value lahan yang rusak dibandingkan dengan penyebabnya. Namun kita tidak akan membahas hal ini secara lebih lanjut, yang akan kita bahas adalah salah satu metode pertanian yang mengoptimalkan lahan yang ada agar pemanfaataannya lebih optimal.
Oke langsung pada bahasan.

Konsisi ketersediaan lahan untuk pertanian saat ini sudah sangat sedikit, sehingga dibutuhkan suatu metode pertanian yang bisa mengoptimalkan lahan yang ada dengan sebaik-baiknya.
maka dalam hal ini muncullah sistem pertanian berkelanjutan, Sistem pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Berkelanjutan diartikan sebagai berkelanjutan sebagai suatu strategi pengembangan, berkelanjutan sebagai suatu kemampuan untuk mencapai sasaran, serta berkelanjutan sebagai suatu upaya untuk melanjutkan suatu kegiatan.
Pertanian berkelanjutan dalam definisi yang lebih luas
sistem pertanian berkelanjutan ini mempunyai ciri-ciri atau sifat sebagai berikut:
 1. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable). Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.
 2. Berwawasan ekologis (ecologically sound). Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).
 3. Berkeadilan sosial. Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.
 4. Manusiawi dan menghargai budaya lokal. Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis mahluk yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal
 5. Mampu berdaptasi (adaptable). Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan perubahan konstalasi pasar.
Sistem pertanian saat ini  sedang mencari sumberdaya yang efisien, biaya lebih rendah, dan sistem-sistem produksi yang lebih menguntungkan. Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah. The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai, membudidayakan tanaman secara alami, mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
pertanian berkelanjutan tidak mudah untuk diterapkan dalam pertanian di indonesia. Hal ini dikarenakan pola pikir petani yang telah terbiasa dalam mengunakan bahan kimia yang lebih instan ketimbang bahan-bahan organik.
Namun dalam prakteknya di lapangan, secara teori sistem pertanian berkelanjutan ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Dan ada bebebrapa masyarakat yang telah mencoba untuk menerapkan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan yaitu pertanian organik dengan mengunakan mulsa.

Gambar 1: mulsa pada tanaman lombok/cabai

Gambar 2: mulsa pada tanaman lombok/cabai

Gambar 3: mulsa pada tanaman lombok/cabai


Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut. Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik.
Pada gambar diatas adalah salah satu lahan yang digunakan untuk menanam cabai/lombok dan disini digunakan bahan sintetik yaitu mulsa
Mulsa plastik yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar  33% cahaya matahari yang menerpa permukaannya, tergantung jumlah zat pewarna yang digunakan dan ketebalan mulsa. Pantulan cahaya ini mampu mengurangi efek pemanasan rizosfir di bawah permukaan plastik, dan juga merupakan rentang cahaya yang disukai oleh serangga, sehingga serangga akan mengikuti arah pantulan dan meninggalkan tanaman, Akibatnya populasi serangga, dapat berkurang di zona pertanaman. 

Gambar 4: Hama pada tanaman lombok


Gambar 5: Hama pada tanaman lombok

Kemampuan menekan populasi serangga ini dan mencegah terjadinya pemanasan berlebihan merupakan salah satu alasan mengapa plastik bewarna perak digunakan dalam produksi tanaman cabai atau lombok ini.
Gambar 6: Bunga dan daun tanaman lombok/cabai

Dengan menerapkan metode pertanian berkelanjutan ini petani bisa terus memanfaatkan lahan yang ada tanpa perlu berpindah-pindah lahan, dan juga yang paling utama adalah menjaga kelestarian lingkungan, dimana dengan cara ini pengunaan bahan kimia yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dapat diminimalisir.
Oke, untuk kaliini sekian dlu. sampai jumpa pada artikel berikutnya agan dan aganwati sekalian..
terimakasih telah berkunjung ke blog ini

Sumber:

Sabtu, 10 November 2012

Konservasi tanah dan air (KTA) serta penerapannya di sekitar kita


Para pembaca yang budiman, pada kesempatan kali ini saya akan coba mebahas tentang konservasi tanah dan air dan penerapannya secara Sederhana pada kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar kita.



Apa itu konservasi tanah dan air? Konservasi tanah dan air adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah serta kuantitas dan kualitas air. Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsjad, 2000). konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada  sebidang tanah akan mempengaruhi tingkat kualittas air  dan juga unsur-unsur yang terkandung dalam air pada tempat itu dan tempat-tempat di sekitarnya.
Lalu untuk melakukan konservasi tanah dan air tentunya memerlukan cara dan juga metode, nah dalam hal ini kita memiliki tiga jenis pelihan metode konservasi. Tentunya ketiga metode ini memiliki dampak yang berbeda terhadap objek konservasi. Sehingga untuk penerapan dari ketiga metode ini haruslah disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.
Untuk metode yang pertama adalah metode vegetatif
Metode vegetatif merupakan metode pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Penggunaan tanaman dalam metode ini digunakan untuk menutup luas permukaan tanah,Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah,membantu menjaga kadar  bahan organik tanah, menjaga kadar  unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air  antara lain: penanaman tumbuhan penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997).

Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan datar dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan tanah, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).

 Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi serta pertumbuhan serta kesuburan tanaman. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).

Contoh konservasi lahan yang sering kita jumpai adalah pengolahan lahan untuk pertanian dengan metode vegetatif dan juga metode kimia secara bersamaan terhadap lahan kering datar untuk lahan sawah dan juga tanaman palawija lainnya terutama lombok dan jenis kacang-kacangan.
Metode konservasi yang petani gunakan pada umumnya sangat simpel, misalnya untuk lahan penanaman lombok dan terong, petani akan membuatkan lajur-lajur pada area penanaman dengan posisi lajur lebih tinggi dari permukaan tanah yang akan dijadikan sebagai saluran pembuangan air. Kemudian permukaan lajur ini akan ditutup menggunakan plastik atau jenis lain yang bisa digunakan untuk menutup permukaan tanah lainnya. Kemudian ditengah plastik tutupan ini akan diberi lobang untuk  menanam tumbuhan. Fungsi dari plastik penutup ini agar air tidak merusak tanggul, berkurangnya tumbuhan gulma yang tumbuh. Serta tinggat konsentrasi kegemburan tanah.






Selain cara diatas, petani juga biasanya menambahkan pupuk untuk memastikan kadar unsur dan zat-zat yang dibutuhkan tumbuhan  untuk tumbuh subur dan berbuah dengan baik.

Untuk penanaman padi, dengan lahan basah yang biasa kita kenal dengan  SAWAH, para petani biasanya mengunakan lahan secara tetap dan reguler, artinya penanaman dilangsungkan pada satu lahan secara terus menerus. Dan disinilah petani secara tidak sadar telah melakukan langkah konservasi tanah dan air secara tidak senga. 

Agar lahan bisa ditanam kembali maka lahan yang telah  ditanami padi sebelumnya harus diolah terlebih dahulu. Karena struktur tanah yang telah keras dan kondisi ini menghambat proses penyerapan dan distribusi air pada permukaan lahan sawah, maka oleh sebab itu tanah hasus di BAJAK terlebih dahulu, istilah bajak ini adalah proses peleburan permukaan tanah menggunakan alat dan juga binatang. Dengan tujuan agar struktur tanah menjadi longgar dan mempermudah resapan air dan mempermudah penanaman.
Pada bagian pinggir dari sawah ini dibuatkan tanggul-tanggul yang berfungsi sebagai pembatas dari aliran air yang dialirkan kedalam sawah tersebut dan juga mempermudah akses untuk mengontrol kondisi sawah dengan tanggul ini sebagai tempat berjalan bagi para petani.
Tanggul pemayang sawah

Untuk aliran air para petani biasanya secara gotong royong membuat saluran irigasi dari sumber air menuju semua sawah yang ada. Denga sistem pengairan buka-tutup.  Dimana sistem ini para petani secara bergantian mengontrol mana saja sawah yang membutuhkan supply air dan mana yang sudah cukup sehingga membutuhkan operator yang mengatur akiran air menuju sawah.
Saluran irigasi

Saluran irigasi

Kondisi supply air pada sawah produktif
untuk topik kali ini cukup sampai disini, semoga artikel ini dapat membantu teman-teman dan memberikan informasi yang teman-teman butuhkan. thankz
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting